Laman

Jumat, 22 Juli 2011

ANALISIS SWOT PENDIDIKAN

Analisis SWOT secara sederhana dipahami sebagai pengujian terhadap kekuatan dan kelemahan internal sebuah organisasi, serta kesempatan dan ancaman lingkungan eksternalnya.SWOT adalah perangkat umum yang didesain dan digunakan sebagai langkah awal dalam proses pembuatan keputusan dan sebagai perencanaan strategis dalam berbagai terapan (Johnson, dkk., 1989; Bartol dkk., 1991).
Langkah pertama dalam analisis SWOT adalah membuat sebuah lembaran kerja dengan jalan menarik sebuah garis persilangan yang membentuk empat kuadran, keadaan masing-masing satu untuk kekuatan, kelemahan, peluang/kesempatan, dan ancaman. Secara garis besar lembaran kerja tersebut diperlihatkan dalam lembar-1. Langkah berikutnya adalah membuat daftar item spesifik yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi di bawah topik masing. Dengan membatasi daftar sampai 10 poin atau lebih sedikit, untuk menghindari generalisasi yang berlebihan (Johnson, et al., 1989).

Bentuk pendidikan diindonesia terdiri dari tiga yaitu : Pedidikan Formal, Non Formal dan Informal. Suatu pendidikan formal sudah tentu merupakan suatu organisai yang berdasarkan legalitas hukum dan peraturan-peraturan yang terkait dalam rangka pelaksanaannya. Pendidikan formal ini terdiri dari tiga jenjang yaitu Jenjang SD, SMP dan SMA. Terbentuknya suatu oraganisasi itulah salah satu pelaksanan pendidikan formal berjenjang tersebut. Banyak hal yang harus dipertimbangkan, dukungan dari berbagai pihak, sebuah sistem manajerial untuk mengatur berbagi hal, serta kebijakan yang relevan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan formal yang berjenjang.
Pengujian eksternal dan internal yang terstruktur adalah sesuatu yang unik dalam dunia perencanaan dan pengembangan kurikulum lembaga pendidikan.
Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitas yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan, kreatif, inovatif, dan eksperimentif), menum-buhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik.[1]
Filosofi eksistensialisme berpandangan bahwa dalam proses belajar mengajar, peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk mengaktualkan, mengeksiskan, menyalurkan semua potensinya, baik potensi (kompetensi) intelektual (IQ), emosional (EQ), dan Spiritual (SQ).
Filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya, baik lokal, nasional, maupun internasional. Terkait dengan tuntutan globalisasi, pendidikan harus menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing secara internasional. Dalam mengaktualkan kedua filosofi tersebut, empat pilar pendidikan, yaitu: learning to know, learning to do, learning to live together, and learning to be merupakan patokan berharga bagi penyelarasan praktek-praktek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, mulai dari kurikulum, guru, proses belajar mengajar, sarana dan prasarana, hingga sampai penilainya.
Analisis SWOT Jenjang SD, SMP dan SMA pada sekolah SBI
  1. Strength (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini.
1) Pro-perubahan, yaitu proses pembelajaran yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar, dan eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru, a joy of discovery
2) Menerapkan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan; student centered; reflective learning, active learning; enjoyable dan joyful learning, cooperative learning; quantum learning; learning revolution; dan contextual learning, yang kesemuanya itu telah memiliki standar internasional
3) Menerapkan proses pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran;
4) Proses pembelajaran menggunakan bahasa Inggris, khususnya mata pelajaran sains, matematika, dan teknologi
5) Proses penilaian dengan menggunakan model penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya, dan dalam penyelenggaraan SBI harus menggunakan standar ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya dan ISO 14000, dan menjalin hubungansister school.


  1. Weakness (W), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini.
1. Standar Pendidik yang disekolah yang sudah masih pada taraf Standar Nasional
2. Tidak Semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK
3. Belum banyak ruang kelas dilengkapi sarana pembelajaran berbasis TIK

  1. Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan.
Memiliki kemampuan-kemampuan bertaraf nasional plus internasional sekaligus, yang ditunjukkan oleh penguasaan SNP Indonesia dan penguasaan kemampuan-kemampuan kunci yang diperlukan dalam era global.

  1. Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi dimasa depan.
Ancaman Internal
1) Program belum dilaksanakan dengan riset yang mendalam dan konsepnya lemah sehingga belum memiliki arah dan tujuan yang jelas sehingga
2) Siswa yang tidak mampu dan siswa yang mampu dalam mengikuti pelajaran
Ancaman Exsternal
1) Kecemburuan sosial dalam rangka pembagian anggaran
2) Tujuan pendidikan yang misleading
3) Kebijakan bertolak belakang dengan otonomi sekolah dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
4) Lulusan tidak sesuai yang diharapkan yaitu menguasai kurikulum internasional dan dapat berbahasa Inggris dengan lancar.

Jika digunakan dengan benar maka dimungkinkan bagi sekolah mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai situasi sekolah itu baik hubungan dengan masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan lain, maupun lapangan kerja yang akan dimasuki siswa.
sumber: yuliaja.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentar anda